Tak dimungkiri, di era digital saat ini, promosi melalui jalur udara dirasa lebih efektif dibandingkan dengan cara-cara lama. Hal ini menjadi fokus utama MI Muhammadiyah 5 (Sekolah Mulia), yang bertujuan memberikan bekal bagi seluruh guru dan karyawan untuk mengoptimalkan kemampuan dalam pengambilan foto dan video sebagai bagian dari strategi promosi sekolah.
Upaya ini dilakukan dengan mempelajari strategi media sosial sebagai alat promosi, dengan narasumber Mursiah MPd, Kepala SD Muhammadiyah 11 Surabaya (SD Muhlas) yang hadir pada Jumat (20/12).
Kemudian, pada Sabtu (21/12), para guru dan karyawan mengikuti pelatihan teknik foto dan video bersama Ilham Firmansyah, Founder LookUp Photowork.
Penting untuk ditekankan sejak awal bahwa siapa saja bisa menjadi content creator sekolah, tidak hanya bagian Humas. Oleh karena itu, seluruh guru dan karyawan dituntut untuk mempelajari bagaimana mengoptimalkan media sosial dengan konten berkualitas yang dapat diciptakan oleh mereka sendiri.
Mursiah dalam sesi materi pada Jumat lalu menyampaikan bahwa media sosial memiliki kekuatan promosi yang luar biasa.
“Emak-emak sekarang itu pada main sosmed, banyak peluang kita promosi di media sosial. Apalagi Instagram, TikTok, dan Facebook. Tergantung siapa target kita, kita sesuaikan penggunaannya,” ujarnya.
Ilham Firmansyah memberikan pemahaman lebih lanjut kepada para peserta tentang teknik pengambilan foto dan video yang tepat, seperti pentingnya pencahayaan yang cukup, stabilisasi kamera, dan memperhatikan angle atau sudut pengambilan gambar.
“Cahaya adalah elemen terpenting dalam fotografi, pastikan saat pengambilan gambar, cahaya memadai. Bisa menggunakan cahaya alami seperti matahari atau bantuan lighting. Tak kalah penting adalah stabilitas kamera, pastikan mengambil gambar dengan memegang handphone atau kamera dengan kedua tangan,” paparnya kepada seluruh peserta.
Saat sesi tanya jawab, Nundun Netty, salah satu guru, bertanya mengenai posisi terbaik saat mengambil gambar. “Saya sering bingung, apakah sebaiknya foto dengan posisi portrait atau landscape?” tanya Netty.
Ilham menjelaskan bahwa posisi terbaik dalam pengambilan gambar disesuaikan dengan kebutuhan. “Semua itu sesuai kebutuhan. Saat ini, kebanyakan dilakukan dengan posisi portrait atau kamera berdiri karena target pengguna yang melihat adalah pengguna handphone. Kebutuhan media sosial juga dengan tampilan portrait,” jawabnya.
Di akhir kegiatan, semua peserta diberi kesempatan untuk praktik langsung menggunakan handphone masing-masing. Antusiasme peserta sangat tinggi, sehingga sulit menentukan karya terbaik.
Septi, pustakawan Sekolah Mulia, yang berhasil menjadi salah satu dari tiga peserta dengan video terbaik, mengungkapkan kebahagiaannya setelah mengikuti pelatihan. “Alhamdulillah, senang sekali mendapatkan ilmu baru. Semoga setelah ini semakin semangat untuk membuat konten-konten kreatif yang bermanfaat,” ujarnya.
(Ana Rose)