Ransel penuh perbekalan sudah melekat di punggung mereka. Senyum-senyum penasaran terukir di wajah.

Sebanyak 83 siswa kelas 3 MI Muhammadiyah 5 Surabaya (Sekolah Mulia) bersiap menjalani petualangan dua hari penuh. Bersama 11 pendamping guru, mereka akan meninggalkan ruang kelas dan duduk di bawah langit luas, menggali pelajaran baru dari alam di Pacet Mini Park.

Kepala Madrasah Umi Sarofah membuka kegiatan dengan kalimat sederhana namun penuh makna.

“Kalian di sini bermain dan bersenang-senang. Ini tempat belajar tanggung jawab, disiplin, kerja sama, dan kemandirian. Nikmati semuanya,” pesannya.

Usai pembukaan, para siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil. Aktivitas pertama yang mereka lakukan: membuat tape.

Tampak sederhana, namun sesungguhnya ini tentang kesabaran. Prosesnya memakan waktu, hanya menunggu saja, tetapi butuh perhatian. Itu pelajaran pertama.

Lalu datang bagian serunya: outbound. Dimulai dengan energizing dan ice breaking. Ada tawa yang pecah di sana, memecah kebekuan.

Lalu game-game itu dimulai. Ada water transfer, archery, pilar ball, flying carpet, pipa bocor, dan menanam padi. Setiap permainan punya filosofi tersendiri.

Water transfer, misalnya. Anak-anak itu belajar bahwa untuk mencapai sesuatu, mereka harus bekerja sama.

Lalu, pipa bocor mengajarkan ketenangan di tengah kebocoran. Archery bukan cuma soal panah yang tepat sasaran, tapi tentang fokus, tentang melatih konsentrasi.

Sementara menanam padi jadi sebuah pengingat bahwa segala sesuatu dimulai dari tanah, dari alam.

Ketika malam tiba, api unggun dinyalakan. Nyala api tidak hanya menghangatkan badan, tapi juga kebersamaan. Ditutup dengan pentas seni, menciptakan tawa dan canda yang menyatukan mereka.

Hari kedua dimulai dengan shalat malam dan shalat Subuh berjamaah, membuat mereka lebih dekat dengan Sang Pencipta. Kemudian, senam pagi mengawali hari dengan tubuh segar. Lalu mereka menjelajah alam, mengenal lebih dekat apa yang tidak pernah mereka temui di kota.

Setelah itu, mereka diajak ke penggilingan padi. Dari sana, mereka tahu bahwa nasi di piring itu punya perjalanan panjang dari sawah ke meja makan.

Puncak ketegangan datang saat flying fox. Teriakan dan sorak kegembiraan terdengar ketika mereka meluncur dari ketinggian, menaklukkan rasa takut.

Setelah itu, suasana tenang berganti di kolam renang. Berenang menjadi penutup yang menyegarkan, menghilangkan lelah setelah dua hari penuh aktivitas.

Penutupan berlangsung sederhana. Meski lelah, wajah-wajah itu menyiratkan kebahagiaan. Dua hari di Pacet bukan sekadar perjalanan biasa. Mereka pulang dengan membawa cerita, pelajaran, dan nilai-nilai kemandirian, tanggung jawab, serta kerja sama yang akan selalu dikenang.

(Indana)

Leave a Comment